Monday, July 19, 2010

Tabarruj Dan Ikhtilath

Take a few times away to just sink yourself in this article.
renung dalam2~ and selamat beramal~
Allahu'alam.


Oleh: Asfuri Bahri, Lc
____________ _________ _________ __


dakwatuna.com – Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan
manusia. Ajaran-ajarannya menjadi acuan bagi siapa saja, pribadi,
keluarga, masyarakat, dan bangsa untuk meniti kehidupan yang lebih
baik dan harmonis dalam ridha sang pencipta. Rambu-rambunya diletakkan
untuk dijadikan pedoman perjalanan hidup untuk selamat sampai tujuan.
Jika ada rambu yang dilanggar, maka akibat buruk akan menimpa
pelanggar itu dan bahkan sering menimpa orang lain juga. Lihatlah,
sebuah kecelakaan di jalan raya, korbannya tidak hanya pelaku
pelanggaran, namun menimpa pengguna jalan yang lain.

Di antara persoalan besar yang dihadapi oleh manusia adalah yang
berkaitan dengan wanita. Persoalan ini adalah persoalan Bani Israel
dan persoalan umat ini. Rasulullah telah mengisyaratkan masalah ini,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki
selain (fitnah) wanita.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Harta paling berharga yang dimiliki wanita adalah rasa malu dan harga
diri. Jika wanita melepaskan pakaian malunya dan tidak lagi menjaga
harga diri serta kewanitaannya, dampaknya akan menimpa keluarga dan
masyarakat. Maka selayaknya keluarga dan masyarakat juga turut dalam
menjaga nilai-nilai ini pada diri wanita-wanitanya. Jika wanita tidak
lagi mengenakan hijab sebagaimana yang telah ditentukan Islam,
ditambah dengan pelanggaran batas hubungan antar laki-laki dan wanita,
maka kerusakan akan terjadi. Hal ini karena syahwat manusia adalah
sesuatu yang berbahaya jika tidak dikendalikan.

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي
صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ
أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ

“Wanita itu dari depan nampak seperti bentuk setan dan dari belakang
nampak seperti bentuk setan. Kalau salah seorang di antara kalian
melihat wanita hendaklah mendatangi istrinya. Karena hal itu akan
meredakan apa yang di dalam dirinya.”

Pengertian Tabarruj dan Ikhtilath

Menurut bahasa, tabarruj adalah wanita yang memamerkan keindahan dan
perhiasannya kepada laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab).
Tabarrajatil mar’ah artinya wanita yang menampakkan kecantikannya,
lehernya, dan wajahnya. Ada yang mengatakan, maksudnya adalah wanita
yang menampakkan perhiasannya, wajahnya, kecantikannya kepada
laki-laki dengan maksud untuk membangkitkan nafsu syahwatnya.

Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang
ditujukan wanita kepada mata-mata orang yang bukan muhrim. Termasuk
orang yang mengenakan cadar, di mana seorang wanita membungkus
wajahnya, apabila warna-warnanya mencolok dan ditujukan agar dinikmati
orang lain, ini termasuk tabarruj jahiliyah terdahulu. Seperti yang
disinyalir ayat,

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)

Allah melarang para wanita untuk tabarruj setelah memerintahkan mereka
menetap di rumah. Tetapi apabila ada keperluan yang mengharuskan
mereka keluar rumah, hendaknya tidak keluar sembari mempertontonkan
keindahan dan kecantikannya kepada laki-laki asing yang bukan
muhrimnya. Allah juga melarang mereka melakukan tabrruj seperti
tabarrujnya orang-orang jahiliyah terdahulu. Apa maksud tabarruj
jahiliyah terdahulu itu?

Mujahid berkata, “Wanita dahulu keluar dan berada di antara para
laki-laki. Inilah maksud dari tabarruj jahiliyah terdahulu.”

Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok
genit. Allah melarang hal ini.”

Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang
menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya. Inilah
tabarruj terdahulu di mana Allah melarang wanita-wanita beriman untuk
melakukannya.”

رَوَى اِبْنُ أَبِي نَجِيْحٍ عَن مُجَاهِد وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ
الْجَاهِلِيَّةِ الأُوْلَى قَالَ كَانَتِ الْمَرْأَةُ تَتَمَشَّى بَيْنَ
أَيْدِي الْقَوْمِ فَذَلِكَ تَبَرُّجُ الْجَاهِلِيَّةِ

Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid, “Janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” Dia
(Mujahid) berkata, “Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum
(laki-laki). Itulah tabarruj Jahiliyah.”

Ada yang mengatakan, yang dimaksud jahiliyah pertama adalah jahiliyah
sebelum Islam, sedangkan jahiliyah kedua adalah umat Islam yang
melakukan perbuatan jahiliyah pertama.

Sedangkan pengertian ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya dua
hal atau lebih. Ikhtilath dalam pengertian syar’i maksudnya
bercampur-baurnya perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim di sebuah
momen dan forum yang tidak dibenarkan oleh Islam.

Imam Abu Daud meriwayatkan,

عَنْ حَمْزَةَ بْنِ أَبِي أُسَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ
سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
وَهُوَ خَارِجٌ مِنْ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ
فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِلنِّسَاءِ اسْتَأْخِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ
تَحْقُقْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتْ
الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْبَهَا
لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ

Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari bahwa ia mendengar Rasulullah saw
keluar rumah dari masjid. Tiba-tiba orang laki-laki dan wanita
berkumpul di jalanan. Rasulullah saw berkata kepada para wanita itu,
“Agar wanita di belakang saja, kalian tidak boleh berada di
tengah-tengah jalan (ketika ada laki-laki) dan hendaknya kalian di
pinggiran jalan.” Serta merta ada wanita yang merapat ke dinding
(rumah) sampai-sampai pakaiannya tersangkut ke dinding itu karena
terlalu nempel.” (Abu Daud).

Al-Qur’an memberikan arahan kepada wanita bagaimana seharusnya mereka
bersikap, bersuara dan bergaul dengan lawan jenisnya. Allah berfirman,

“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)

Sekarang ini pemandangan wanita tabarruj menjadi biasa, termasuk di
negeri-negeri muslim. Dunia entertainmen memiliki peran besar dalam
mensosialisasikan budaya tabarruj. Ikhtilath juga tidak bisa
dipisahkan dari budaya mereka. Seorang pemuda akan dipandang aneh jika
tidak memiliki teman-teman wanita. Lebih jauh, pergaulan bebas semakin
membudaya.

Tabarruj dan Ikhtilah adalah konspirasi musuh-musuh Islam

Tabarruj dan ikhtilath merupakan tradisi Yahudi, ini nampak dalam
Protokoler mereka, wajib bagi mereka untuk menundukkan semua bangsa
dengan cara memerangi akhlak dan memporak-porandakan nilai-nilai
keluarga dengan berbagai sarana yang ada. Lalu mereka menemukan bahwa
sarana yang paling efektif untuk menyerang basis keluarga adalah
dengan cara merangsang mereka melakukan kejahatan dan merangsang nafsu
syahwat. Racun ini lalu mereka sebarkan melalui berbagai media, film,
koran, majalah, cerita, dan lain-lain.

Kita sekarang hidup di zaman banyak dan beragam fitnah dan godaan,
karena interaksi kita dengan dunia luar, misal melalui media masa
audio maupun visual. Wanita dibiarkan berkeliaran ke mana saja tanpa
batas dan bergaul dengan siapa saja serta dengan dandanan model
zamannya, membuka aurat, dengan kosmetik dan parfum yang menarik
perhatian. Acap kali kita menyaksikan, bahkan seorang gadis belia
keluar dari rumahnya tanpa didampingi oleh muhrimnya, bertemu dengan
siapa saja tanpa pantauan kedua orang tuanya. Wanita berbicara melalui
telepon hingga berjam-jam tanpa diketahui oleh walinya. Di waktu siang
maupun malam tidak jarang dijumpai wanita berada di luar rumah, bukan
untuk suatu kepentingan belanja atau urusan keluarganya, semata-mata
untuk mencari sensasi. Kemudian ia bergabung dalam kerumunan laki-laki
dan perempuan. Hampir bisa dipastikan bahwa tujuan keluar rumah adalah
sengaja menyebarkan fitnah dan menggoda mata laki-laki. Sementara
orang tuanya, kakak dan adiknya tenang berada di rumah.

Bahaya Tabarruj dan Ikhtilath

Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan bahaya tabarruj dan
ikhtilah bagi, diri, keluarga, dan masyarakat.

1. Tabarruj dan ikhtilath adalah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya

Dan barangsiapa bermaksiat kepada Allah akan merasakan akibatnya. Sama
sekali tidak akan membahayakan Allah. Rasulullah saw. bersabda,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، فَقَالُوْا:
يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ
الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau.” Mereka
(sahabat) bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau?” Beliau
bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku akan masuk surga dan barangsiapa
bermaksiat kepadaku ia orang yang tidak mau.” (H.R. Bukhari)

2. Tabarruj dan ikhtilath termasuk dosa besar

Karena kedua hal ini merupakan sarana paling kuat terhadap perbuatan
zina. Di riwayat yang shahih dari Ahmad diceritakan bahwa Umaimah
binti Raqiqah datang kepada Rasulullah saw. Untuk berbaiat kepada
beliau dalam membela Islam. Beliau bersabda,

أُبَايِعُكَ عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكِي بِاللهِ شَيْئًا، وَلاَ تُسْرِقِي،
وَلاَ تَزْنِي، وَلاَ تَقْتُلِي وَلَدَكِ وَلاَ تَأْتِي بِبُهْتَانٍ
تَفْتَرِيْنَهُ بَيْنَ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكِ وَلاَ تَنُوْحِي وَلاَ
تَتَبَرَّجِي تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُوْلَى

“Aku membaiatmu agar kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu,
tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak melakukan
kebohongan dari hadapanmu (karena perbuatan lisan dan kemaluan), tidak
meratapi (orang mati), dan tidak tabarruj dengan tabarruj jahiliyah
pertama.” (H.R. Bukhari)

Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. mengaitkan antara tabarruj dan
dosa-dosa besar seperti syirik, mencuri, dan berzina.

3. Tabarruj dan Ikhtilath mendatangkan laknat

Di Mustadrak Al-Hakim dan di Musnad Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar
Rasulullah saw bersabda,

يَقُولُ سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَى
السُّرُوجِ كَأَشْبَاهِ الرِّجَالِ يَنْزِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ
الْمَسْجِدِ نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَى رُءُوسِهِمْ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْعِجَافِ الْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ
مَلْعُونَاتٌ لَوْ كَانَتْ وَرَاءَكُمْ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ
لَخَدَمْنَ نِسَاؤُكُمْ نِسَاءَهُمْ كَمَا يَخْدِمْنَكُمْ نِسَاءُ
الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ

“Akan datang di akhir umatku nanti laki-laki yang naik pelana (mewah)
layaknya laki-laki yang turun ke pintu-pintu masjid, wanita-wanita
mereka mengenakan pakaian namun telanjang, di kepala mereka seperti
punuk unta kurus. Kutuklah wanita-wanita itu karena sesungguhnya
mereka itu terkutuk. Jika setelah kalian ada kaum, tentu wanita-wanita
kalian akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana wanita-wanita
kaum terdahulu melayani kalian.”

4. Tabarruj temasuk sifat penghuni neraka

Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ
كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ
رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini.
Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang
dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun
telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala
mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan tidak
mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian
dan sekian.” (H.R. Muslim)

5. Tabarruj adalah Kemunafikan yang akan Mendatangkan Kegelapan di hari Kiamat

Al-Baihaqi meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dengan sanad shahih,

خَيْرُ نِسَائِكُمْ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْمُوَاتِيَةُ
الْمُوَاسِيَةُ إِذَا اتَّقَيْنَ اللهَ وَشَرُّ نِسَائِكُمْ
اَلْمُتَبَرِّجَاتُ الْمُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ الْمُنَافِقَاتُ لاَ
يَدْخُلُ الْجَنَّة َمِنْهُنَّ إِلاَّ مِثْلَ الْغُرَابِ الأَعْصَمِ

“Sebaik-baik wanita kalian adalah yang penyayang, yang banyak
melahirkan, yang cocok (dengan suaminya) jika mereka bertakwa kepada
Allah. Dan seburuk-buruk wanita adalah yang tabarruj dan sombong.
Mereka itulah orang-orang munafik. Tidak akan masuk surga salah
seorang di antara mereka kecuali seperti gagak putih.” (Baihaqi).

6. Tabarruj dan ikhtilath menodai kehormatan keluarga dan masyarakat

Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ رَجُلٌ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ وَعَصَى
إِمَامَهُ وَمَاتَ عَاصِيًا وَأَمَةٌ أَوْ عَبْدٌ أَبَقَ فَمَاتَ
وَامْرَأَةٌ غَابَ عَنْهَا زَوْجُهَا قَدْ كَفَاهَا مُؤْنَةَ الدُّنْيَا
فَتَبَرَّجَتْ بَعْدَهُ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ

“Ada tiga orang yang, kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang
yang keluar dari jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam
keadaan bermaksiat, seorang budak perempuan dan laki-laki yang berlari
(dari tuannya) kemudian ia mati, dan seorang wanita ditinggal keluar
oleh suaminya dan telah dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia
bertabarruj setelah itu. Maka jangan bertanya kepada mereka.” (H.R.
Ahmad)

7. Tabarruj adalah sunnah Iblis

Jika menutup aurat dan berhijab serta menjaga diri dan kehormatan
adalah sunnah Nabi saw. Maka tabarruj dan ikhtilath adalah sunnah
Iblis, di mana sasaran godaan pertama terhadap manusia adalah agar
auratnya terbuka. Allah mewanti-wanti hal ini kepada kita agar kita
tidak terfitnah oleh tipu daya Iblis. Allah berfirman,

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutny a melihat
kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin
bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27).

8. Tabarruj dan Ikhtilath adalah Permulaan Zina

Setiap kali penyimpangan terjadi akan melahirkan penyimpangan lain
yang lebih besar. Ketika wanita tidak menutup auratnya dan tidak
menjaga kehormatannya dengan bercampur bersama laki-laki yang bukan
muhrimnya, terlebih dengan dandanan yang menyebar fitnah, rasa malu
sudah sirna dan ghirah laki-laki mulai tiada, maka hal-hal haram
menjadi mudah dilakukan bahkan dosa-dosa besar menjadi hal yang biasa
dan wajar. Termasuk di antaranya zina. Di tengah masyarakat kita
sekarang terjadi perbedaan persepsi tentang zina. Bahkan tidak ada
undang-undang yang menjadikan zina sebagai kejahatan kecuali ia
terkait dengan hak-hak asasi manusia.

9. Tabarruj dan Ikhtilath mengundang Siksaan Allah

Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda,

لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا
إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ
مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا

“Tidaklah nampak kebejatan di antara kaum Luth sampai mereka
terang-terangan (melakukannya) kecuali setelah itu tersebarlah
penyakit kolera dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada pendahulu
mereka.” (Ibnu Majah).

Secara umum, kemaksiatan kerap kali menjadi penyebab terjadinya
berbagai musibah. Seperti yang Allah sinyalir dalam Al-Qur’an,

“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati
Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka
sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami),
kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)

Tentu saja yang akan terkena dampaknya tidak hanya pelaku kemaksiatan,
kaum mutabarrijat dan mereka tidak ada hijab dalam hubungan antar
lawan jenis. Semua orang yang ada di sebuah komunitas akan terkena
dampaknya. Maka kewajiban bagi semuanya adalah mencegah terjadinya
berbagai kemaksiatan dan kemungkaran sebisa mungkin. Para ulama dan
pemimpin menjadi penanggung jawab utama sebelum yang lain dalam
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Abu Bakar As-Shidiq meriwayatkan bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw,

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيِّرُوْهُ أَوْشَكَ
أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ

“Jika manusia melihat kemungkaran lalu tidak merubahnya, hampir Allah
meratakan siksanya kepada mereka semua.” (Diriwayatkan Empat Imam dan
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)

http://www.dakwatun a.com/2007/ tabarruj- dan-ikhtilath/